• Breaking News

    HIDUP YANG SEHAT ITU TIDAK MEMBENCI ORANG LAIN

    Munir Husen 
    (Pemimpin Umum Zona Rakyat Media)

    Penulis
    mengutip Ayat al Qur’an. Boleh jadi kamu benci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui (QS Albaqarah: 216)
    Hidup ini tidak selamanya seperti  pelangi, selalu menggambarkan keceriaan, kegembiraan, menyimpan makna kehidupan dibalik warna. Serta banyak dikagumi oleh manusia. Dibalik itu, dalam hidup memang selalu saja ada orang yang membenci kita, namun janganlah kita yang membalasnya, atas kebencian itu.

    Oleh sebab itu, hidup ini harus selalu positive thinking untuk menghasilkan energi positif, energi yang menghasilkan pemikiran-pemikiran cerdas, rasional dan energi sehat yang tidak membenci orang lain karena Suudzon, berprasangka buruk terhadap orang lain. Justru menjadi beban yang amat tersiksa. Periksa baik-baik raport hatimu, apakah bersih atau tidak.
    Hidup ini menjadi indah, jika bisa diisi dengan pikiran positif, dan Sebaliknya jika otak kita diisi dengan pikiran negatif maka, aktivitas kehidupan sangat terganggu, hal perlu dihindari, agar hidup tidak jatuh pada kubangan stress. Dan stres itu hanya diobati dengan ketauhidan diri pada Allah Subanahu Wa ta’ala. 
    Jika pikiran negatif sudah menyelimuti pikiran kita, maka sesungguhnya kita telah menyiksa diri kita sendiri, kita tidak merasa aman, tidak merasa nyaman dalam kehidupan. Kita merasa dalam hidup ini selalu ada orang yang benci kepada kita. Jika hal ini tidak dilawan dengan akal yang sehat, jiwa yang bersih, hati yang Qana’aah, maka hidup anda memiliki problematika yang sangat berat. 

    Hidup ini sudah ditentukan oleh Allah tidak ada rejeki yang tertukar, tidak ada rejeki orang lain diambil oleh temannya, sudah dibagi habis oleh Allah. Kita jangan mengintervensi kehendak Allah untuk mengatur kehidupan sesuai dengan keinginan kita. Manusia dhoif tidak ada apa-apanya di hadapan Allah. Sukurillah apa yang menjadi kehendaknya.
    Kita bukan siapa-siapa, tidak perlu melakukan sesuatu melampaui keinginan kita, ingin mengatur orang dengan kehendak kita. Ingat kita bukan siapa-siapa, tapi manusia yang diciptakan oleh Allah sama dengan yang lain, tanpa membedakan status sosial. Suatu saat status sosial yang kita pegang akan sirna hanya persoalan waktu saja. Pasti kita lepas, pasti kita ditinggalkan dan pasti kita kembali pada posisi seperti sedia kala kala.
    Kita tidak memiliki kelebihan dari yang lain, hidup ini saling membutuhkan satu dengan yang lain. Salah satu pengingkaran nikmat Allah ketika kita mengatakan kami tidak membutuhkan siapa-siapa. Jika demikian anggapan kita, maka tunggu saja evaluasi akhir dari allah kepada manusia yang ingkar.

    Qarun adalah manusia terkaya sejagat dunia, tidak ada yang bisa mengalahkan kekayaan Qarun, namun karena prilaku dan sikap sombangnya maka Allah tenggelamkan Qarun sebagaimana yang dijelaskan didalam Al Qur’an (baca kisah Qarun).
    Kita bukan siapa-siapa lalu apa yang harus kita sombongkan, kita banggakan, maka sebaiknya introspeksi diri. Hidup ini adalah nafsi-nafsi jangan masuk pada urusan orang lain agar selamat dunia dan akhirat. 

    Hidup ini perlu ditata lebih baik lagi agar terjadi suatu perubahan. Perubahan berfikir, perubahan tingkah laku, perubahan sopan santu santun perubahan dalam berbicara, jangan asal dengan sesukamu. Suatu saat Allah akan kembalikan perasaan sakit hati kepada siapa saja manusia yang menyakit hati orang lain.
    Lalu pertanyaannya bagaimana jika posisi kita seperti posisi orang yang kita marahi, bagaimana perasaanmu, bagaimana sikapmu terhadap lawan bicaramu semua ini harus direnungkan baik-baik. Jika hal ini terjadi pada diri anda, tentu saja anda pasti lebih marah lagi jika dimarahi oleh orang lain.
    Kita bukan siapa-siapa hanya manusia dhoif yang memiliki keterbatasan yang sangat terbatas dalam hidup ini. Hidup ini nafsi-nafsi yang selalu mementingkan diri sendiri, sifat yang melekat  dihati manusia, merasa super, egoisme, selalu merasa benar dengan perasaan sendiri tanpa memikirkan akibatnya.
    Hidup ini memerlukan keseimbangan, keadilan, kesantunan, kelembutan inilah yang perlu ditanamkan dalam hati, jaga baik-baik sifat ini. Karena manusia dalam pandangan islam saling membutuhkan satu dengan yang laannya. Tidak ada manusia yang hidup sendiri tanpa bantuan orang lain sekalipun jabatanmu setinggi langit, sekalipun kekayaanmu melimpah ruah semuanya pasti membutuhkan orang lain.

    Seseorang yang cenderung telalu mementingkan diri sendiri itu nggak bakal punya rasa simpati. maksudnya, ia bakal bersikap masa bodoh amat terhadap yang dirasakan oleh orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa kamu cendrung nggak bisa menghargai mereka, yang ada dalam pikiranmu hanyalah semua tentang dirimu. Jika saat ini pola pikir itu masih tertanam dalam dirimu, berusahalah untuk segera menyudahinya. percayalah bahwa nantinya kamu bakal membutuhkan orang lain untuk hidup. (https://www.idntimes.com). 
    Tulisan ini untuk muhasabah diri penulis dan keluarga serta para pembaca yang dirahmati Allah.
    Anggota DPRD Kota Bima Periode 2004-2009.
    Wallahu alambisyawab.

    Tidak ada komentar