• Breaking News

    Deformasi Nilai-Nilai Moral Elit Bangsa

    Anwar Sadat
    Pembaca yang budiman pasti bertanya, apakah yang dimaksud dengan deformasi? dalam kamus besar bahasa Indonesia kata deformasi artinya perubahan bentuk atau wujud dari yang baik menjadi kurang baik, dari kebaikan menjadi keburukan, keadilan berubah menjadi kedzaliman dan seterusnya. 
    Dalam konteks ini, Nabi sebagai pencerah ummat telah mengingatkan kepada kita bahwa akan terjadi deformasi nilai-nilai moral para elit bangsa. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Ahmad Rasulullah telah mewartakan bahwa; *“Sesunggguhnya akan datang kepada manusia tahun-tahun penuh tipu daya. Para pendusta dipercaya, sedangkan orang jujur dianggap berdusta. Pengkhianat diberi amanah, sedangkan orang yang amanat dituduh khianat. Dan pada saat itu, para Ruwaibidhah mulai angkat bicara. Ada yang bertanya, “Siapa itu Ruwaibidhah?” Beliau menjawab: “Orang dungu yang berbicara tentang urusan orang banyak (umat).” (HR. Ahmad)*

    Berdasarkan keterangan hadis tersebut, deformasi nilai moral kehidupan para elit itu antara lain pertama; Jujur dianggap sebagai dusta, atau sebaliknya dusta dianggap sebagai kejujuran. kedua; Khianat dianggap sebagai amanah, yang amanah dianggap sebagai penghianat. Dua poin penting informasi ini, jika dikonfirmasi dengan realitas kehidupan manusia, maka akan ditemukan perilaku dusta dan khianat telah menjadi budaya dalam pranata sosial politik, dan ekonomi. Orang tidak lagi merasa bersalah jika berjanji ia ingkari, diberi amanah ia khianati, penguasa menjadi penindas dan memperkaya diri dan kelompok dengan cara korupsi, kolusi dan nepotisme.

    Problem deformasi moral ini akan memunculkan perilaku ruwaibidhah yaitu orang-orang yang berbicara kebenaran tetapi berbuat culas, mereka berbicara atas nama kepentingan umum padahal memiliki ambisi pribadi. Selama ada manusia di bumi ini perilaku itu tetap ada dibelahan bumi ini, sebab Nabi pernah meramalkan kejadian ini pada empat belas abad yang lalu sebagaimana hadis ini; *Akan datang sesudahku penguasa-penguasa yang memerintahmu. Di atas mimbar mereka memberi petunjuk dan ajaran dengan bijaksana, tetapi bila telah turun mimbar mereka melakukan tipu daya dan pencurian. Hati mereka lebih busuk dari bangkai. (HR. Ath-Thabrani).*

    Upaya membendung arus ini, para kaum terdidik yang tercerahkan (rausyan fikri) tampil sebagai kelompok pengimbang dengan cara memberikan kritikan yang bersifat konstruktif, memberikan pendidikan moral kepada masyarakat baik lewat lisan maupun tulisan tanpa mengenal lelah, di area pertarungan ini, kaum terdidik tetap mempertahankan integritas supaya tidak terjebak dalam lingkaran deformasi moral itu.(*)

    *Penulis adalah Ketua Majelis Pendidikan Kader Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kab. Bima dan Dosen IAIM Bima